Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal Pertama Melampaui Ekspektasi, Namun Prognosis Tetap Tidak Pasti

Perekonomian Indonesia mencatat pertumbahan yang mengesankan di kuartal pertama, melampaui ekspektasi berkat peningkatan pengeluaran publik yang tinggi untuk pemilu negara tersebut. Namun, menjaga momentum pertumbuhan yang kuat akan menjadi tantangan akibat perkembangan global dan kondisi moneter lokal yang ketat.

Ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini tumbuh sebesar 5,11% pada basis tahunan dalam periode Januari-Maret, tingkat pertumbuhan tertinggi dalam tiga kuartal terakhir. Pertumbuhan ini melampaui tingkat 5% yang diperkirakan oleh para ekonom yang diwawancarai oleh Reuters serta pencapaian 5,04% di kuartal keempat.

Dalam tiga bulan pertama tahun 2024, pengeluaran kampanye untuk pemilu 14 Februari dan peningkatan pengeluaran rumah tangga selama bulan suci Ramadan, yang dimulai pada bulan Maret, telah mendukung aktivitas ekonomi. Hal ini membantu mengimbangi dampak penurunan ekspor komoditas yang dialami oleh perekonomian Indonesia selama setahun terakhir. Negara yang kaya sumber daya ini adalah eksportir terbesar dunia untuk batubara termal, minyak sawit, dan nikel, di antara komoditas lainnya.

Beberapa ekonom menyatakan bahwa keuntungan dari pengeluaran pemilu dan Ramadan adalah faktor satu kali. Ke depan, suku bunga Amerika Serikat yang tinggi dalam waktu yang lama, ketegangan di Timur Tengah, serta siklus peningkatan suku bunga oleh Indonesia—total 275 basis poin dari pertengahan 2022 hingga April 2024—menyelimuti prospek pertumbuhan. “Kami berpikir bahwa ekonomi akan kesulitan dalam beberapa kuartal mendatang karena suku bunga tinggi, harga komoditas yang lebih rendah, dan pertumbuhan global di bawah tren, berat terhadap permintaan,” ujar Gareth Leather, ekonom dari Capital Economics, yang memprediksi pertumbuhan sepanjang tahun 2024 sebesar 4,5%, dalam catatan untuk klien.

Kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) termasuk langkah mengejutkan bulan lalu untuk meningkatkan dukungan bagi mata uang rupiah, yang telah turun ke level terendah dalam empat tahun di tengah volatilitas pasar global. Radhika Rao, ekonom dari DBS Bank, mengatakan bahwa data kuat kuartal pertama memperkuat pandangannya bahwa BI akan tetap membuka peluang untuk pengetatan lebih lanjut jika rupiah terus melemah. “Pertumbuhan yang kuat akan memungkinkan BI tetap fokus pada stabilitas harga dan valuta asing,” katanya, memprediksi pertumbuhan sepanjang tahun sebesar 5%.

Rupiah telah memulihkan sebagian dari kerugiannya terhadap dolar dalam beberapa hari terakhir, setelah Federal Reserve AS menunjukkan akan mempertahankan sikap dovish. Mata uang tersebut menguat 0,4% terhadap dolar pada pukul 0530 GMT Senin, dibandingkan penutupan minggu lalu.

Tingkat pertumbuhan kuartal pertama lebih lambat dari perkiraan pemerintah sebesar 5,17%. Untuk tahun 2024, pemerintah menargetkan pertumbuhan sebesar 5,2%, naik dari 5,05% tahun lalu.